Cinta butuh memahami? Pasti!
Entah mengapa rasanya aku ingin menulis tentang cerita ini. Bahwa,
cinta terkadang berjalan cuma satu arah. Betapa pun kita mencintai
seseorang dengan secinta-cintanya, namun kadang orang yang kita cintai
tiada mampu membalasnya, bahkan merasa risih.
Betapa pun orang tua kita mencintai kita, terkadang kita membalasnya
dengan sekedar. Bahkan tidak jarang kita lebih mencintai orang yang baru
kita kenal daripada mereka yang selama ini mengasuh kita sedari kecil.
Kita sering merasa ogah-ogahan melakukan apa yang orang tua kita minta,
tetapi untuk mereka yang bahkan baru kita tahu, kita menjadi sangat
bersemangat luar biasa.
Apa kurang Tuhan memberikan kasih sayang-Nya kepada kita? Sudahkah
kita membalasnya? Bahkan mengingat Tuhan saja kita jarang. Kita sering
sekali alpa. Tuhan tidak pernah membenci, tetapi kitalah yang
menciptakan rasa benci.
Sungguh, cinta teramat membutuhkan untuk memahami, dan dipahami.
aku
berbincang-bincang dengan temanku. Entah mengapa, topik bahasan kami
adalah tentang cinta. Kami tiba-tiba saling mengkaitkan kata tentang
seseorang, seseorang yang aku sayangi namun bagi dia sosok tersebut
teramat mengganggu. Mengapa?
Temanku bercerita, ketika dia sakit, sosok itu menelepon teman satu
kelompok dengan temanku tersebut. Bertanya bagaimana kesehatannya.
Begitu perhatiannya dia. Aku kata, “itu karena dia mencintaimu, mengapa
tidak kau terima saja dia, toh dia sudah punya pekerjaan.”
“Enggak ah, udahlah tari, ga usah ngomongin itu lagi.” Jawab temanku itu.
Entah mengapa, bagi temanku itu, sosok yang selama ini teramat
mencintainya itu dianggapnya bagai psikopat. Padahal aku merasakan benar
bagaimana sosok itu mencintai temanku itu dengan teramat cinta, teramat
sangat. Jika aku menjadi temanku itu, mungkin aku akan menerima cinta
dari sosok itu. Karena, terkadang kita sering sekali mampu mencintai,
namun jarang sekali dicintai.
Namun yang disayangkan. Hubunganku dengan sosok itu menjadi renggang,
prasangka-prasangka tentang aku mencintai temanku itu disangkarkan di
otaknya. Padahal, sedari awal, aku tidak seperti yang dia tuduhkan.
Ketika dia bertanya dengan duga, mengapa aku lebih membela temanku
itu? Sudah aku jelaskan, kepada temanku itu malah aku membela dia. Aku
tidak ingin menjadi penjilat. Aku memberikan sebuah suduh pandang
sebagai orang yang ikut merasakan. Apa-apa yang temanku itu cerita, apa
yang dia sampaikan, walau dengan segel “jangan beritahu dia” tetap aku
utarakan. Dengan satu tujuan: agar dia mengerti, agar dia memahami.
Cinta butuh memahami.
Itulah alasan mengapa aku membuka lebar tanganku ketika Taman Surga hendak pergi. Sedari awal sudah aku katakan: “tidak peduli pria apapun di depanmu yang engkau ikuti, aku akan berdiri di belakangmu menyokong.”
Dan kerinduan itu memang teramat hebat. Karenanya, setiap
diperputaran 22 juni , aku mengirimkan doa. Agar Tuhan selalu
bersamanya.
Karenanya, ketika aku mulai mencintai seseorang, aku mulai belajar
memahami mereka. Yang bahkan, terkadang apa yang mereka rasakan ikut aku
rasakan. Kebimbangan, kekakuan, kerinduan, aku merasa ikut menanggung
semua itu.
Terkadang sakit sekali hati ini ketika orang yang kita cintai
bercerita tentang orang-orang yang pernah mereka cintai. Untuk semua
itu, aku belajar tersenyum. Aku berusaha memahami, bahwa dalam setiap
hidup ada memori-memori yang menjadi setapak jejak dalam perjalan ini.
Aku belajar memahami, ada sesuatu yang memang boleh disimpan, tanpa
harus dicemburui.
Ketika kita mencintai seseorang. Kita belajar menerima segala
kelebihan dan kekurangannya. Jika kekurangan itu mampu kita susupi ya
berarti itu adalah anugerah bagi kita. Jika tidak, mengapa kita tidak
mencoba belajar lebih sabar?
Kelak jika suatu hari engkau berada dalam fase mencintai, belajarlah
mencintai seutuh hati dan belajar memahami. Namun ketika engkau sedang
dicintai, itu adalah masa ketika engkau harus menjadi lebih memahami.
Terkadang, kita selalu ingin dimengerti tanpa mau untuk mengerti.
Ketika kita sedang jatuh cinta, kita berharap dengan harapan yang
sama. Kita meminta cinta kita diterima dengan lapang dada tanpa mau
mengerti bagaimana dengan orang yang kita cintai itu.
Begitu pula ketika kita sedang dicintai, namun kita tak mencintainya.
Kita menjadi egois. Kita lupa bahwa mereka yang mencintai kita
menghabiskan beribu energi untuk memikirkan kita. Terkadang kita memang
begitu teramat lupa.
Apapun posisimu. Pahami ini: CINTA BUTUH MEMAHAMI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar